Sifeng langsung tersenyum dan kini berkacak pinggang. "Ha ha ha, akhirnya kau akan bangun, Saudaraku!"
Wuusshhh!!
Angin kencang menerpa wajah Sifeng secara tiba-tiba. Salju mulai turun dengan lebatnya si tempat yang Sifeng yakini jika masih berada di Alam Dewa.
Kini, Sifeng merasakan dingin yang teramat sangat. Tubuhnya menggigil, kedinginan. Seluruh tulangnya terasa bergetar. Sifeng berputar mengamati keadaan sekeliling.
Kenapa begitu sepi? batinnya. Sifeng mulai dilanda kepanikan. Ia sangat bingung, apa yang harus Sifeng lakukan agar terbangun?
Sifeng sedang tidak mengantuk sama sekali saat ini. Sifeng menunduk ke bawah, di mana banyak sekali bongkahan batu es. Sifeng mengambil sebongkah es berukuran satu kepalan tangan orang dewasa.
"Asshhh, tidak mungkin aku memukul kepalaku sendiri dengan ini, bukan? Yang benar saja? Aku bukan orang bodoh yang rela melukai diriku sendiri!" gumam Sifeng sambil melempar bongkahan es yang ia pungut tadi.