Sesaat kemudian, aku melihatnya muntah-muntah. Detik berikutnya, ia tidak sadarkan diri.
Aku mulai panik. Aku telah gagal mempertahankan Sifeng agar tidak pingsan. Kugenggam pergelangan tangan Sifeng, untuk memastikan denyut nadinya tetap stabil.
"Xiao Feng, kumohon bertahanlah untukku dan untuk ayah!" gumamku, yang tentu saja tidak dapat Sifeng dengar.
***
Tiga hari berlalu, Sifeng masih dalam keadaan koma setelah operasi pembedahan. Pisau itu menikam hingga tembus ke lambung Sifeng. Terjadi infeksi dan perdarahan di lambung.
Sejak saat ini, aku yakin bahwa seolah tubuh Sifeng itu selalu saja mengalami nasib buruk. Mungkin leluhurnya telah melakukan banyak dosa, jadi Sifeng yang harus menanggung karmanya. Mungkin saja.
Saat aku berkunjung ke ruang ICU tempat Sifeng dirawat. Aku menatap sendu ke arah Sifeng.
Ah iya, sebelumnya Sifeng juga mendapat transfusi darah dariku. Dan aku melakukan tes DNA dengan Tuan Zhang dan Sifeng, hasilnya 99,9% 'COCOK'.