Di taman Distrik Baiyun, Sifeng sedang menikmati es krimnya. Sifeng duduk di salah satu kursi yang berada di taman ini.
"Huh, sungguh membosankan!" Sifeng mengeluh sambil terus menikmati es krim dalam genggamannya.
Tiba-tiba, ada 2 lelaki kekar mendekat. Tanpa menunggu lama, kedua lelaki itu langsung membekap mulut dan menutup mata Sifeng.
Sifeng dibawa ke sebuah mobil. Sifeng tidak dapat melawan, kekuatan lelaki itu 5 kali lebih hebat dari dirinya. Sifeng hanya berharap Yushen akan datang menolong.
***
Rumah Utama Zhang, Beijing.
Tuan Zhang menerima telephone dari anak buahnya yang berada di Kota Guangzhou.
"Kepala Keluarga Zhang, kami berhasil mengamankan Boss Kecil" suara di seberang sana.
"Hahaha, anak itu memang tidak pernah berubah. Segera bawa dia kembali ke apartemen Yushen! Tetap awasi mereka, dan terus beri kabar padaku!" perintah Tuan Zhang.
"Baik, Tuan Besar."
***
Seorang pria masih pingsan di kursi belakang sebuah mobil. Beberapa saat kemudian, dia tersadar. Dia mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi.
Kenapa sia disini? Apa yang sebenarnya diinginkan kedua pria ini? Bukankah ini pertama kalinya dia ke kota ini? Apa ketenarannya sudah mencapai seluruh China? Pertanyaan-pertanyaan bodoh itu muncul di benaknya. Zhang Sifeng.
"Hey, Paman! Kenapa kalian menculikku, huh? Apa aku masih pantas diculik di usia segini, hah?" teriak Sifeng.
Kedua pria itu tidak menggubris teriakan Sifeng.
"Hei, aku sedang bicara pada kalian!"
Sifeng kembali berteriak.
Tanpa pikir panjang, pria yang berada di sebelah Sifeng langsung membekap mulut Sifeng hingga pingsan kembali.
***
Kenangan memang hal yang sulit dilupakan. Walau itu kenangan manis ataupun kenangan pahit.
Tidak terkecuali bagi Sifeng. Walau di alam bawah sadarnya, Sifeng masih dengan jelas mengingat kenangan-kenangan tentang kekasihnya, Xiao Xiuxiu. Kakak angkat dari Yushen.
Sifeng mengingat bagaimana dia memperlakukan wanita itu. Wanita satu-satunya yang mengerti akan diri Sifeng.
Andai waktu bisa terulang, Sifeng tidak akan menyia-nyiakan cinta tulus Xiuxiu. Kini, Xiuxiu telah berada di dimensi waktu berbeda dengannya.
Benar, Xiuxiu tewas bunuh diri. Walau bukan karena Sifeng, tapi Sifeng juga ikut andil dalam menyebabkan saudari angkat Yushen itu tewas.
"Xiuxiu!" teriak Sifeng.
Sifeng terbangun dari tidurnya. Ah, lebih tepatnya dari pingsan.
Sifeng masih ingat bagaimana perlakukan 2 pria kekar tadi pada diri Sifeng.
Mereka membekap mulut Sifeng dengan bius murahan. Sepertinya bukan bius. Baunya lebih mirip kaos kaki yang belum dicuci 1 tahun menurut Sifeng.
Sifeng memperhatikan sekeliling, ia merasa tidak asing lagi dengan kamar ini.
'Astaga, ini kamar di apartemen milik keluarga Zhang! Jadi, kedua pria tadi suruhan Yushen? Sungguh, aku tidak akan memaafkanmu, Yushen!' kata Sifeng dalam hati.
Di dapur apartemen ini, Yushen sedang mempersiapkan makan malam untuk dirinya dan Sifeng.
Memang Yushen tidak pandai memasak, tapi kalau hanya sekedar telur gulung, Yushen bisa memasaknya.
Mengenai Gilbert dan Vincent, Yushen telah mengetahui kalau mereka tidak makan makanan manusia. Mereka hanya menghirup aroma bunga.
Kalau mereka lapar tinggal memetik beberapa tangkai bunga di halaman belakang apartemen, pikir Yushen.
Terkadang, Yushen berpikir kalau dua lelaki misterius yang ia temui tadi, mungkin adalah siluman kumbang.
Sifeng datang tiba-tiba di dapur, dan langsung memberi pukulan yang sangat keras pada wajah Yushen, saudara tuanya.
"Hey! Apa-apaan kau ini, Bodoh!" bentak Yushen, sambil memegang sudut bibirnya yang berdarah karena robek.
"Jangan pura-pura, Yushen! Kamu yang menyuruh kedua pria tadi membawaku kembali ke apartemen ini, ya? Katakan! Memangnya aku masih anak kecil yang harus selalu diawasi, hah?"
Sifeng mencengkeram erat kerah baju Yushen.
Yushen masih terdiam. Dia mencoba memahami tuduhan-tuduhan adik kecilnya.
"Apa kamu kira bahwa aku selalu butuh perlindunganmu, Yushen?"
Sifeng sekali lagi memukul muka Yushen.
Yushen malah tertawa.
"Hahaha ... jadi kau berpikir sepicik itu, A-Feng! Ku bahkan menyalah-artikan perhatianku? Baiklah, mulai saat ini aku tidak akan melindungimu, Brengsek!"
Yushen membalas pukulan Sifeng, jauh lebih keras. Hingga membuat tubuh Sifeng terpental. Punggung Sifeng membentur kulkas, keras.
Yushen menghampiri Sifeng yang mengeluh punggungnya sakit.
"Awalnya, aku ingin memasakkanmu makan malam, tidak disangka perlakuanmu seperti ini padaku."
Yushen membuang semua makanan yang hampir matang. Yushen terlihat sangat marah.
"Dan mengenai dua pria tadi, bukan aku yang menyuruh mereka. Tetapi Papa. Papa takut Anda bertindak bodoh seperti dulu, Brengsek!"
Yushen pergi keluar, meninggalkan Sifeng yang masih terduduk lemas mendengarkan ucapan Yushen.
Di luar apartemen, Yushen tengah tertawa kencang seolah ia telah memenangkan lotre jutaan yuan.
"Hmm ... menyenangkan sekali kalau bisa membodohi kamu seperti ini, Xiao Feng! Memang sesekali Anda harus diberi pelajaran!"
Yushen pergi sambil meminum sebotol cola.
To be continued ....