Dimas membanting tubuhnya ke atas kasur, dia mendengkus. Ucapan Kaila tadi masih amat membekas di benaknya.
Dimas tak pernah bisa sekecewa ini dengan Kaila, tapi. Kali ini sepertinya Kaila memang sudah keterlaluan.
"Kenapa kamu bicara begitu, Kaila?" gumam Dimas sembari memijat pangkal hidungnya dengan kuat.
Dia pusing dengan dirinya sendiri dan juga Kaila, Dimas mengambil ponselnya.
Dia membuka galeri yang terdapat banyak foto Kaila di sana, dipandanginya potret Kaila yang selalu cantik dan sama.
"Andai aku yang lebih dulu bertemu kamu, aku pastikan nggak akan biarkan kamu mencintai pria lain," ujar Dimas, entah harus menyalahkan siapa karena yang bertemu dengan Kaila lebih dulu adalah Ken bukan dirinya.
"Kaila, aku mungkin bukan yang kamu inginkan. Tapi, aku punya tekad untuk memiliki kamu. Aku nggak akan menyerah," tekadnya mantap menatap Kaila seperti gadis itu nyata di hadapannya.
Sementara itu di rumah sang papa, Kaila baru saja sampai diantar oleh sopir taksi.