Tepat pada pukul sembilan malam, jam kerja Wiyana sudah berakhir sebab Ken juga sudah tidur nyenyak.
Gadis itu pelan pelan keluar dari kamar Ken, langkahnya sangat hati hati tak ingin menimbulkan suara walau sekecil apapun itu.
"Ken sudah tidur?"
Wiyana hampir saja berteriak mendapati Haidar tengah bersedakap dada dan menyandarkan tubuhnya pada dinding.
Sialnya, Wiyana tidak memprediksikan kalau Haidar akan muncul di sana.
"Sudah," jawab Wiyana apa adanya.
Haidar mengangguk, dia kemudian menegakkan tubuhnya kembali. Pria dengan wajah menawan itu menyingkir dari jalan sembari berkata.
"Sekarang kamu sudah boleh pulang."
"Kamu tidak ada niatan untuk mengantar saya sampai rumah?" tanya Wiyana sungguh dia tak habis pikir, apakah Haidar memang tidak sepeka itu.
Ah, yang benar saja. Sepanjang kebun pohon Pinus itu sangat menyeramkan ketika malam. Terlebih tak ada lampu di sepanjang jalan.
Entahlah kenapa Haidar tak memberikan lampu di sana.
"Apa saya supir kamu?"