Dimas tersenyum sangat lembut, padahal dia baru saja mengatakan sesuatu yang membuat Kaila syok.
"Kamu bisa tersenyum setelah menceritakan itu?"
"Menceritakan apa memangnya? Aku bahkan belum memulai, Kaila," cakapnya sangat entang.
Jika, didengar dari nada bicaranya dan dilihat dari caranya bicara. Sepertinya Dimas tidak memiliki rasa sedih, pemuda itu masih tampak baik baik saja.
"Tapi, tadi. Kamu bilang kamu pernah ditinggal orang yang kamu cinta?"
"Ya, itu benar. Tapi, apa jika aku sedih saat menceritakannya apa kalau aku menangisi dia, dia bisa kembali?" tanya Dimas masih mempertahankan senyumnya yang lebar.
Kaila menggeleng tak membenarkan hal itu, Dimas mengangguk.
"Benar, dia tidak akan kembali walau aku sedih dan menangis. Andai dengan menangis bisa membuatnya kembali, aku pasti akan lakukan itu jutaan kali sehari, tidak peduli air mataku akan kering, asal dia benar benar kembali ke sisiku."