"Baiklah, Haidar. Saya turut senang karena acaranya bejalan lancar," ungkap Wiyana dengan wajah berseri seri.
Haidar tengah menemani Wiyana di taman, mereka butuh tempat yang tenang untuk bicara empat mata. Yang mana ini akan jadi kali terakhir mereka memiliki kesempatan bicara.
"Terima kasih, acaranya berjalan lancar juga karena kehadiranmu dan Kaila," ungkap Haidar lembut.
Wiyana mengangguk mantap, langkahnya terhenti kala teringat kejadian beberapa jam lalu. Dinda, wanita jahat itu kini kembali muncul. Mendadak perasaan Wiyana mulai tidak tenang.
Berhentinya Wiyana, turut membuat Haidar berhenti. Pria itu melirik Wiyana dengan dahi berkerut seakan bertanya apa yang terjadi.
"Ada apa, Wiyana?"
"Dinda...."
Hanya dengan menyerukan namanya saja Haidar sudah mengerti apa yang Wiyana maksud, hati wanita itu sangga lembut. Wiyana kerap mengkhawatirkan orang lain.