Miranda tidak menduga hal buruk akan menimpa Aila. Andai saja anaknya mau menerima nasehat Aira.
Aila seperti tengah menyongsong takdir. Dimana tak seorang pun bisa mengelak bila sudah takdir yang berkehendak.
Vierna sudah kembali ke kotanya untuk bekerja kembali seperti biasa. Begitu juga Bima.
Di rumah ini hanya ada Miranda dan kedua pegawai toko souvenir Aila yang bersedia untuk menemaninya.
Pagi ini keduanya pun sudah berangkat ke toko. Setelah sarapan mereka masih sempat membawa bekal. Miranda yang memasakkan bekal itu.
Bagi Miranda kedua gadis pegawai Aila memang sudah diperlakukan seperti anak-anaknya sendiri.
Pohon rambutan di belakang rumahnya masih berbuah, walau tak selebat saat anak-anaknya berkumpul kemaren.
Miranda duduk sambil melihat-lihat buah rambutan yang mulai memerah.
Angin pagi yang sejuk membuat wanita prauh baya itu mengantuk tanpa sadar dia pun jatuh terlelap.
***
APOTIK masih sangat ramai dengan pengunjung, padahal hari sudah menjelang sore.