Aila panik, ia bingung, tak tahu apa yang harus dilakukannya. Mengepak barang? Rasanya tak perlu.
Dia hanya punya satu koper yang isinya juga tak banyak. Tapi, sendirian ke bandara, tanpa tahu tujuan yang pasti, adalah hal yang benar-benar menyedihkan.
Tak kuat menahan sedih Aila menangis sejadinya. Suara tangisan itu terdengar begitu pilu.
Tangisan Aila sampai bisa didengar orang-orang yang kebetulan duduk santai di balkon apartemen mereka yang berdekatan dengan kamar itu.
Puas meraungkan luka hati, Aila keluar dari kamar, tujuannya hendak ke dapur untuk mengambil air minum.
Namun Aila menghentikan langkahnya. "Apa yang harus aku lakukan supaya bisa melupakan kesedihan ini?" gumamnya dalam hati.
Ting...! Ponselnya berbunyi. Aila meraih benda pilih itu. Sebuah pesan singkat tertulis di san. ["Kami sudah bersiap-siap menuju bandara."]
Aila duduk di meja makan sambil termenung. 'Apa yang aku lakukan memang salah? Tapi, ganjaran untuk kesalahan itu benar-benar menyakitkan.'