Miranda mengerutkan dahi melihat kedatangan anak gadisnya. Tak biasanya Aila seperti ini. Begitu masuk kamar, langsung saja ia mengempaskan tubuh di samping Miranda.
"Kamu kenapa sih, La?"Miranda memberi ruang yang lebih besar dengan menggeser tubuhnya.
"Aku pusing banget, Ma."
"Pusing kenapa sih? Bukannya barusan Sandro datang. Mama dengar tadi dia memanggil-manggil kamu?"
"Ia, sih. Sekarang juga masih di sini. Lagi menelpon Saherang. Kayaknya serius banget ngurusin masalah gedung dan segala macamnya."
"Apa kamu nggak ikutan memberi saran?"
"Kata Mas Sandro, aku cukup menikmati hasilnya saja."
"Ada bagusnya juga begitu. Sehingga kamu tidak ikut-ikutan stres, karena sibuk menghitung waktu yang sudah semakin dekat."
Aila merapatkan tubuhnya lebih dekat pada Miranda. Kembali perempuan itu mengeryitkan dahi. Apa yang telah membuat Aila jadi gelisah seperti ini.
"Ma."
"Hm."