Hembusan udara enam belas derajad celcius dari air conditioner di kamar itu terasa membeku di ujung jari kakinya.
Kesadaran Sandro berangsur pulih dari tidur yang begitu nyenyak. Ia meraba selimut yang hanya bersisa sedikit saja melindungi tubuhnya yang polos.
Apa ... !?
Sandro tersentak menyadari makna kata yang disimpulkan otaknya. Ia segera membuka mata, pandangannya nanar menyapu sekitar.
"Ya Tuhan, apa yang telah kau lakukan kepadaku ...!" serunya dengan marah.
Tanpa sadar kaki Sandro mendorong tubuh wanita yang masih terlelap di sampingnya.
Aira terbangun merasakan dorongan yang kuat, yang membuat rusuknya terasa ngilu.
"Bibi apa yang terjadi...? kenapa Bibi menendangku?" tanyanya dengan wajah masih mengantuk.
"Berhenti memanggilku dengan sebutan itu ...!" hardik Sandro.
"Apa ...? Kamu menggingau, ya. Oh, please Bibi, apakah kamu habis bermimpi buruk?"
Aira merasa kali ini guyonan Sandri agak berlebihan. Tapi, dia tak ingin buru-buru merasa tersinggung.