"Aku mencintaimu sayang," Sandro menatap wajah Aira yang terkurung di antara kedua lengannya.
"Bolehkah aku ganti baju dulu, Bibi," elak Aira.
"Kali ini tidak, darling. Aku sudah menunggu dari dua hari yang lalu, Jadi please jangan tolak aku," protes Sandro.
"Bukankah aku selalu ada di sampingmu." Aira memberi alasan.
"Ya tentu saja. Bila tidak, aku akan mencari kemana pun kau bersembunyi," Sandro menggeram seperti singa yang hendak memangsa korbannya.
"Ternyata Bibi punya segudang kata-kata berbahaya." Aira melengkungkan tubuh, seolah tengah ketakutan.
"Berbahaya bagaimana." Sandro mengangkat kedua alisnya.
"Aku mengkeret mendengar ucapanmu." Aira berkata dengan jujur.
Kali ini Sandro tak memberi jeda, dengan tergesa ditekannya bibir Aira dengan kehangatan yang begitu meletup. Serangan itu membuat Aira kelabakan, tapi Sandro seperti tak mau kompromi lagi.
Lalu dia merasakan Aira melakukan gerakan balasan, lelaki itu mengukir sebuah senyuman.