Ibnu mengerjap beberapa kali, untuk menyesuaikan cahaya yang tiba-tiba datang menembus retina matanya. Jendela kamar yang dibuka Sutiana lah penyebabnya.
"Bangun sudah siang." Sutiana mengomeli anak lelakinya.
"Huh!" hanya suara itu yang keluar dari mulut Ibnu sebagai jawaban.
"Bangun!"
"Iya." Seulas senyuman merekah di bibir anak lelaki Sutiana itu, saat sang Ibu mulai menarik selimut yang membalut tubuhnya.
Sutiana mengedarkan pandangan matanya ke sekeliling ruangan di kamar anak lelakinya itu. Alisnya bertaut, dia menemukan kotak bingkisan di atas meja belajar ibnu.
"Siapa yang memberimu bingkisan itu?" tanya Sutiana, Matanya mengikuti arah tatapan Ibnu.
"Jamila yang memberinya kemaren malam," jawab Ibnu. Sesungging senyuman hilang dari sudut bibirnya. Ingatan lelaki muda itu kembali pada kejadian dua hari yang lalu.
Di bawah atap peneduh beduk masjid yang sedikit menjorok. Di antara rintik hujan yang turun sejak sore. Jamila menyerahkan bingkisan itu kepadanya.