Pesta malam itu berlangsung meriah. Suasana terasa begitu akrab, begitu bersahaja.
Asih pun kelihatan sangat sibuk meski sudah dibantu beberapa orang koki lelaki muda yang didatangkan Histo dari kantornya.
Riani masih sulit menghafal nama-nama mereka. Tapi dia selalu nampak menyemangati para pekerja yang terlihat begitu cekatan.
Mereka mengeluarkan bebek yang sudah direndam semalaman dengan bumbu marinasi. Bebek itu kemudian diungkap dengan menambahkan sedikit air.
"Begitu matang bebeknya baru kita bakar, Bu."
"Bumbu olesannya sudah ada belum?" tanya Riani sambil menekan-nekan bagian dada bebek yang sudah dibumbui itu.
"Ini Bu, sudah." Lelaki muda menyorongkan mangkok berisi campuran kecap, margarin, dan jeruk nipis yang sudah dilelehkan.
"Hm, wanginya bikin lapar." Riani tergelak ketika mengatakannya.
"Coba saja kalau Mbak Amira hadir di sini ya Sih, pasti rasanya semakin seru."
"Betul sekali Bu, saya doakan semoga Kak Amira lekas sembuh ramatik tulangnya."