LAURA mengusap air matanya dengan kasar. Jalan pikirannya buntu karena mengambil kesimpulan saat amarah sedang berada di ubun-ubunnya.
Aku tidak akan menyerah, Hana! Tempatmu bukan di antara kami. Apapun akan kulakukan untuk mencegah kau dan anak gadismu mengganggu ketenteraman keluargaku.
Murka Laura tidak memberi jalan terhadap kebenaran. Duka Laura membuatnya kejam pada keadaan.
***
Tak ada yang berubah. Sandi tetap bekerja sebagaimana biasanya, begitu pun Laura. Sungguh keadaan yang "baik-baik" saja.
Tapi siapa yang tahu perasaan di antara mereka berdua? Laura merasa jarak itu kembali ada bahkan kian lebar.
Sandi pun terlihat jauh lebih murung. Lelaki itu hanya tertawa ketika anak-anak mereka bersenda gurau saja.
Setelah itu Sandi lebih banyak menenggelamkan diri dengan kesibukan mengurus WAG penulis onlennya.