Saheera menyeka krim latte diatas bibirnya dengan tisu, mengambil sedikit jeda sebelum menjawab pertanyaan Iqbaal yang secara tersirat tengah menagih 'utang' padanya. Melihat pandangan Iqbaal yang mempermainkan seperti itu, Saheera tak kalah ingin mempermainkan. "Haruskah Kita bahas sekarang?" tanyanya, menaik turunkan sebelah alis seraya tersenyum miring.
Iqbaal menghela, lalu menunjukkan cincin berlian yang melingkar di jari manisnya, "Mungkin Aku gak perlu lagi bertanya Kamu mau atau enggak, karena Aku udah bertanya sekaligus mendapat jawaban di depan Kamu dan keluarga," ujarnya.
"Tapi untuk alasan kenapa bahasan ini dibuat maju dan serius, juga udah Aku jelaskan sama Kamu. Aku harap Kamu tetap berkomitmen penuh untuk menjawab," lanjutnya serius.
Saheera tersenyum simpul, "Santai dong, Pak. Udah selesai presentasinya, tegang amat," ujarnya meledek. Iqbaal hanya memutar matanya malas, "Aku jauh-jauh dari Bandung kesini, taunya buat Kamu jailin toh? Kok jadi jahat gitu?"