Dhaiva membanting kasar ponselnya ke atas kasur usai membaca pesan dari Ibunya. Bagaimana tidak kesal, baru saja hari ini Ia ingin sedikit beristirahat, Ibunya meminta Dhaiva untuk mengunjungi adiknya karena sudah satu bulan tak dijenguk. Kesal sekali Dhaiva, berkali kali sudah menolak, tetap saja Ibunya itu meminta. Bukan apa apa, Dhaiva terlalu benci bahkan untuk melihat wajah Adiknya sendiri.
Katakanlah Dhaiva bukan Kakak yang baik, tapi memang Ia membenci sang Adik apa adanya. Satu-satunya penyebab Ia tak bisa untuk tak peduli adalah ikatan darah diantara mereka.
"Ck! Mana jauh lagi Depok-Tangerang!" kesalnya seraya mengambil handuk. Mau tak mau Ia harus cepat kalau tidak ingin terjebak macet.
Namun baru saja membuka pintu kamar mandi, ponselnya berdering cukup keras, "Astaga Ma! Bisa sabar gak sih?" kesalnya, melangkah dengan debuman kaki menuju tempat tidur.
"Oh?" Dhaiva mengerutkan dahinya begitu melihat caller ID di layar.
Saheera Qurrata Ayuni is calling ...