Ketika Jelita mendengar bahwa itu adalah tunangan Irfan, dia langsung bosan. Tapi dia sama dengan Kirana, dan dia selalu menyembunyikan pikirannya dalam-dalam, tapi dia murah hati.
"Halo yang disana."
Wendy hanya mengucapkan tiga kata dengan acuh tak acuh, dan dia tidak tahu apakah itu karena kelelahan atau penghinaan, dan suaranya sangat kecil.
Jelita melihat bahwa wanita ini tidak menyukai dirinya sendiri dan tidak terus menatapnya.
"Kak Irfan, maka aku berharap kamu bahagia atas nama keluarga kami."
"Aku bisa membawa kedua anak itu. Kak Irfan akan bekerja keras."
"Selamat tinggal, Kak Irfan, selamat tinggal Kak Wendy!"
Jelita menyelesaikannya dengan sopan dan pergi bersama kedua anak itu.
Pikirannya adalah semakin banyak orang memkamung rendah dirinya, semakin dia harus memperlakukannya dengan murah hati, jadi dia sengaja mengangkat suaranya ketika dia bertemu Wendy.
"Apakah saudara perempuan Kirana?"