"Tidak, aku pernah berkata bukan kalau aku tidak akan pernah pergi ke sana lagi. Aku curiga pernah kehilangan keberuntungan di sana."
Kirana berpura-pura berbicara dengan ringan padahal rasa sakitnya saat ini bertambah semakin banyak ketika dia memikirkan vila di puncak gunung.
"Lalu kau mau pergi ke mana? Kantor atau hotel?"
Irfan saat ini merasa bahwa dia sedikit lapar dan haus, tetapi hal itu bukan sepenuhnya karena kebutuhan fisiknya. Sungguh, dia sudah terbiasa dengan adanya Kirana di sisinya. Tanpa dia, dia tidak bisa tidur.
Kata-kata Irfan membuat mata Kirana menampakkan ekspresi pahit. Bagi Irfan, Kirana mungkin hanya cocok untuk kantor atau hotel.