Chereads / Roger (Sang Pahlawan Kecil) / Chapter 2 - Episode 2. Riana

Chapter 2 - Episode 2. Riana

Alvin pulang cukup larut. Meski kini dia dan Riana sudah tidak lagi sembunyi-sembunyi. Namun, ancaman ayahnya harus diwaspadai.

Dia pulang sekitar pukul 11 malam. Bertemu dengan Riana membuat Alvin lupa waktu, apalagi di saat seperti ini. Di saat Riana sangat membutuhkan dirinya.

Berjalan perlahan, mengendap-ngendap, Alvin masuk ke dalam kamar di lantai dua. Biasanya saat hari kerja, ayah dan ibu Alvin akan tidur lebih cepat.

Mereka adalah pemilik perusahaan no.1 dan perancang busana pengantin yang cukup terkenal. Keduanya selalu disibukkan oleh hal-hal yang berhubungan dengan banyak orang.

Itulah penyebab Alvin dan Riana selalu bisa bertemu secara diam-diam tanpa diketahui orang.

"Kak Alvin," panggil Alan. Dia mendapati kakaknya tengah berjalan mengendap.

Alan Ravendra, adik kandung Alvin yang hanya berjarak satu tahun itu terkadang suka mengganggu.

Dulu, saat hubungan Riana dan Alvin masih beberapa minggu, Alan selalu mengganggu waktu bertemu mereka. Sebenarnya Alan tidak tau dengan hubungan tersebut. Hanya saja, waktu Alan meminta bantuan Alvin selalu pas dengan waktu yang telah Alvin rencanakan untuk bertemu sang kekasih.

"Ssstt, jangan keras-keras. Papa sama Mama udah tidur, kan?" tanya Alvin, berbisik.

"Belum, Papa sama Mama malah ngga ada di rumah. Mereka langsung pergi lagi setelah tau kakak pergi," terang Alan.

"Apa? Ke mana Papa sama Mama pergi?" tanya Alvin.

"Alan ngga tau, tapi tadi sempat dengar Mama bilang 'Harus pergi dari hidup Alvin' terus mereka langsung pergi," jelasnya.

Sama seperti orang tua dan ayah Riana, Alan juga baru mengetahui hubungan kakaknya dengan gadis yang dia sukai.

Tidak tau sejak kapan Alan mulai mempunyai perasaan itu, satu yang pasti, dia selalu mengikuti kabar Riana di sosial media.

"Kakak pergi dulu," ucap Alvin kemudian.

Dia kembali keluar rumah, mengendarai mobil sport yang selalu dia gunakan saat balapan liar.

Alvin selalu mengaguminya, mengagumi hal-hal yang berkaitan dengan kecepatan dan tantangan. Menurutnya, hal tersebut semakin membuatnya bersemangat. Itulah yang Alvin suka.

Awal pertemuannya dengan Riana, juga karena balapan liar yang dia ikuti pada malam sebelum masuk kuliah.

Malam itu, Riana baru saja pulang dari Mall setelah mengantarkan makan malam untuk sang ayah. Pulang berjalan kaki hampir membuat Riana mengalami kecelakaan, mobil yang Alvin kendarai sedikit lagi membahayakan nyawa Riana yang kebetulan sedang menyebrang jalan.

Pertemuan pertama Alvin dan Riana, tidak seperti dalam film di mana pemeran pria akan marah-marah pada pemeran cewek. Alvin tidak seperti itu, dia orang yang lembut dan berhati baik.

Alvin mengajak Riana untuk pergi ke rumah sakit. Namun, Riana menolak dengan halus. Jujur, saat itu keduanya sempat beradu pandang. Hal mendebarkan pun terjadi pada salah satunya.

Keduanya tidak menyadari bahwa esok harinya akan bertemu dalam satu kampus dan menjadi mahasiswa baru. Alvin sangat terkejut saat melihat Riana juga kuliah di kampus yang sama dengannya. Setelah beberapa hari, barulah mereka bertemu karena sebuah tugas.

"Kakak mau ke mana lagi?" tanya Alan, mengikuti langkah cepat Alvin.

"Ada hal yang harus kakak lakukan, kamu di rumah saja," pinta Alvin.

"Tapi, Kak. Papa sama Mama pasti akan semakin marah nanti," cegah Alan.

Alvin tidak menanggapi peringatan adiknya. Namun, dia tidak bisa membiarkan Riana dalam bahaya. Ayahnya adalah seorang yang keras dan tegas, beliau pasti melakukan apa pun saat ucapannya dilanggar.

Sore itu, Ayahnya melarang Alvin untuk keluar rumah apalagi menemui Riana. Namun, larangannya dilanggar saat mereka pergi keluar. Mereka menjadi marah besar, juga sanggup melakukan hal apa pun.

Beberapa menit kemudian, Alvin sampai di area perumahan Riana. Namun, ada sesuatu yang aneh. Beberapa orang tampak berkumpul, kobaran api juga sangat menyilaukan.

"Riana." Alvin segera menuju rumah sang kekasih.

Betapa terkejutnya Alvin, rumah yang baru beberapa menit ia kunjungi telah terbakar sebagian.

Beberapa mobil pemadam kebakaran sudah memulai tugasnya. Alvin berusaha masuk ke rumah tersebut. Namun, beberapa warga mencegahnya.

"Riana," teriak Alvin.

Hancur sudah hatinya, entah bagaimana kondisi Riana dan Tante Rena di dalam sana. Petugas damkar tidak berani mengambil resiko, untuk masuk ke dalam kobaran api yang tengah menunjukkan kekuasaannya.

"Alvin" Suara yang tidak asing memanggil namanya.

Hilang sudah, semua menjadi gelap-gulita. Alvin tidak sadarkan diri, jatuh di pelukan orang yang memanggilnya tadi.

. . . . .

Beberapa tahun kemudian.

Seorang anak kecil tampak bermain dengan hewan peliharaannya. Mesi, seekor kelinci putih terlihat berlari kesana-kemari menghindari kejaran sang majikan.

"Roger, makan dulu yuk." Suara seorang wanita terdengar begitu lembut.

"Iya, Mi." Anak kecil bernama Roger segera berlari menghampiri wanita yang ia panggil Mami.

"Sayangnya Mami, udah puas mainnya?" tanya Mami Roger.

"Belum, Mi. Mesinya belum ketangkep," jawab Roger, bibir mungilnya terlihat membentuk kerucut karena kesal.

"Ya ampun, jangan manyun gitu kenapa? Jelek amat sih," timpal wanita lain, baru bergabung dengan mereka.

"Mama Rena," panggil Roger, beralih ke pelukan wanita yang baru saja datang.

"Mana Mesi? Roger ngga berhasil ngejar dia ya?" tanya wanita yang dipanggil Mama Rena oleh Roger.

"Enggak, dia larinya cepet banget. Roger kan cape," keluhnya.

"Kasian anak Mama Rena, cape ya? Kita makan dulu yuk," ajaknya.

Ibu angkat Roger sangat menyayanginya, bahkan melebihi ibu kandungnya sendiri. Mama Rena seharusnya menjadi nenek Roger, tapi beliau tidak mau dipanggil nenek karena terkesan lebih tua.

Mereka bertiga duduk lesehan di depan tv. Meja yang berada di ruang tv, mereka jadikan meja makan juga.

"Roger makan yang banyak ya, biar cepet gede," tutur Mama Rena.

"O iya, Ri. Gimana keadaan Mall?" Sambung Mama Rena.

"Sepertinya sedikit susah, Tante. Semua pelanggan ayah tetap mengunjungi Mall lama," terang Mami Roger.

"Waktu tiga tahun yang kita habiskan untuk membangun ulang Mall, sepertinya akan susah. Mall kita yang sekarang jauh lebih kecil dibanding Mall ayah kamu dulu," ucap Tante Rena.

"Iya, Tante. Apa keputusan Riana 4 tahun lalu salah? Riana menjual Mall peninggalan ayah." Sesalnya.

"Enggak, Ri. Kamu ngga salah, kita melakukannya karena rumah kakak terbakar habis. Kita harus mencari tempat tinggal yang layak, sedangkan kontrakan tante sudah harus dibangun kembali. Dan itu ngga mungkin karena kita harus mendapatkan tempat tinggal secepatnya," jelas Tante Rena.

Riana dan Tante Rena ternyata masih hidup, dia diselamatkan oleh seorang laki-laki yang kebetulan melewati rumah mereka.

Beruntung, si jago merah baru membakar bagian depan rumah. Sehingga Riana dan Tante Rena bisa diselamatkan lewat pintu belakang.

Ting-tong..

"Biar Roger aja Mi yang buka pintu," pintanya. Melangkah kecil menuju pintu rumah.

"Wah, Om Diego," seru Roger, langsung memeluk laki-laki itu.

bersambung...