Melva memasuki kamar Edward. Dilihatnya pria itu sedang duduk sambil memijat pelipisnya. "Suamiku, kamu pasti jenuh," ucap Melva. Dia membawa secangkir teh. "Aku membawakan teh kesukaanmu. Kamu bilang kalau teh buatanku adalah yang paling enak." Melva tersenyum.
Dia memegang tatakan gelas yang berisi teh menggunakan tangan kiri. Sedangkan tangan kanannya mengelus pipi Edward. Pria itu tenang sesaat, merasakan sentuhan Melva.
"Terima kasih." Edward menerima teh itu tanpa membiarkan pikirannya kalut.
"Pelan-pelan, Sayang. Nanti tersedak," ucap Melva sembari mengusap punggung Edward.
"Rasanya pas dan tidak panas. Bisa aku minum langsung," puji Edward seraya tersenyum lebar.