Hari telah menjelang malam, waktu menunjukkan pukul 6 malam, Kyra masih celingak-celinguk di sekitar ruang tamu. Perutnya terasa keroncongan, tetapi masih belum ada tanda-tanda kehadiran kelima pria tersebut.
Wajahnya lebih pucat dibandingkan yang tadi. Sedangkan, bibirnya senasib dengan wajahnya. Dia menelan ludah sepintas. Mungkin, hanya air liur yang membantunya mengurangi rasa lapar, walaupun ia tahu itu hanyalah sia-sia. Kyra cukup kaget, ketika kedua tangan pria menutup mata wanita tersebut.
Kyra mengendus-endus seperti seekor anjing yang mencium sesuatu yang berbau tajam. Aroma sabun menusuk hidung Kyra, lembut dan bersifat feminim. "Baby, apa kamu sudah melupakan aroma tubuhku?" bisik Devano. Suaranya terdengar lembut, tetapi menusuk telinga Kyra hingga memerah.
Devano melepaskan kedua tangannya dari mata Kyra. Wanita itu menoleh. Dia cukup kaget melihat keberadaan Devano di sana. "Kamu?"