Mark tidak berkomentar apa pun, ia terlihat pasrah dengan pemikirannya yang cukup rumit. Namun, dengan tingkahnya yang seperti itu malah membuat Levin bertambah menginginkan sesuatu.
Levin mengarahkan pistol ke arah Mark. Mark tak berbicara ataupun bergerak. "Hahahaha…. Bagaimana rasanya berada di ujung kematian?" ujar Levin, mengejek Mark seperti orang bodoh.
"Air yang tenang tidak selamanya tenang, angin yang berhembus tak selalu teratur, dan api yang kecil belum tentu cepat padam." Mark ingin menyampaikan kepada Levin bahwa ia tidak boleh bersikap sombong karena Mark masih belum mengakui kekalahannya.
"Aku tidak suka kiasan. Aku lebih suka tembak-tembakan atau baku hantam," ucap Levin, senyumannya memudar. Dia tak suka dengan perkataan Mark. Begitulah Levin.
Mark menampakkan senyuman, tak bersuara. Entah kenapa Levin begitu muak dengan senyuman Mark. "Kamu tidak usah senyum begitu. Aku benci!" teriak Levin seraya menempelkan pistol ke arah dahi Mark.