Devano menekan lukanya sendiri sambil duduk bersandar pada tembok. Dia tidak bisa berkutik dengan kondisinya seperti itu. Bahkan, ia tidak tahu ke arah mana Jennifer pergi. Dia sama sekali tidak bisa pergi kemanapun.
Bahkan, beberapa langkah kaki yang menuju ke arahnya, ia biarkan. Dia tersenyum pahit. Sungguh malang nasibnya! Seorang pria yang berpakaian serba hitam dengan tubuh tinggi berada paling dekat dengan Devano.
"Di antara tempat yang kami cari, ternyata kamu berada di sini," ujar pria bertubuh tinggi tersebut sambil menyeringai.
Devano tidak menjawab. Dia tidak punya kemampuan dalam hal itu. Bibirnya terasa lemah ketika ingin bergerak. Devano berada di ambang batas. Devano mengupayakan dirinya berdiri, tetapi ia tidak bisa. Kedua kakinya terasa lemah dan tak berdaya.