Pistol telah diambil oleh Devano dengan sangat hati-hati. Namun, ketika ia berdiri secara perlahan, sebuah shuriken melayang ke arahnya. Saat itu Devano merasakannya dan dapat mengetahui bayangan dari benda tersebut tanpa melihat secara langsung.
Devano langsung menembakkan shuriken tersebut. Nafasnya bergerak agak kurang stabil dikarenakan kekagetan serta kegugupannya menjadi satu kesatuan. Nyaris saja nyawanya melayang.
Tidak pernah terpikirkan oleh Devano ada shuriken yang bergerak ke arahnya lagi. Dia mengira pria yang ia serang barusan masih menyimpan shuriken di balik pakaiannya. Ternyata, dia salah. Ada seseorang yang merupakan rekan dari pria tersebut yang datang membantu.
"Satu orang saja cukup sulit aku lawan dan sekarang malah muncul dua orang," batin Devano sambil menggelengkan kepala.
"Kamu enggak apa-apa, 'kan?" tanyanya pada rekan yang sama-sama mengenakan pakaian serba hitam.