Kedua mata Viena terbuka. Dia melihat sekelilingnya tampak kosong. Wajahnya teramat sedih. Segala hal yang dia ingat terbayang-bayang dalam benaknya. Dia memikirkan Harrison.
Dia masih ingat Harrison yang tak memedulikannya. Mengapa Harrison bisa sekejam itu terhadapnya? Air matanya menetes. Tiap detik tetesan air matanya bergerak tak terkendali. Wajahnya bertambah basah.
Dia tak kuasa menahan dirinya. Biasanya, ia begitu kuat. Namun, mengapa sekarang ia sangat rapuh? Apa karena bawaan dari bayinya, sehingga ia tak bisa mengontrol dirinya sendiri?
Pintu terbuka dengan lebar. Seorang dokter cantik menatapnya dengan sebuah senyuman. "Bagaimana kondisimu sekarang? Apa sudah lebih baik?" tanya dokter itu ramah.
Viena mengangguk lemah. Dia tak bersemangat. Dokter itu berwajah lesu. Dia dapat merasakan kegundahan di hati Viena. "Nona, sebaiknya jangan menangis. Tolong kontrol perasaan anda agar menjadi lebih tenang," ucap dokter itu seraya menyentuh tangan Viena.