Cavero tak suka dengan cara Viena menegurnya. Dia berdiri sambil mendekati wanita itu. Tangan kanannya ditempelkan pada dagu Viena. Setelah itu, ia menekan dagu itu dengan sorotan matanya yang tajam.
"Kamu harus tau tempatmu di sini! Jangan karena kamu dipekerjakan oleh ayahku sampai-sampai kamu tidak bisa menjaga sikapmu dengan baik!" pekik Cavero yang semakin tak menyukai Viena.
Tatapan matanya penuh kebencian, terlihat dari urat-urat di sekujur lehernya tampak tegang. Akan tetapi, tak ada ketakutan yang terpancar dari wajah Viena. Bagaimana bisa Viena memiliki keberanian yang seperti itu?
Viena begitu tenang. Dia mengamati segala hal yang dikatakan Cavero. Seorang asisten rumah tangga saja dapat dengan tenang menghadapi majikan seperti Cavero. Itu karena ia bertekad melindungi Harrison dan martabat dari keturunan Wilson.
"Maaf, Tuan muda. Bukankah pertemuan ini diadakan dengan menghadirkan tuan-tuan muda yang berada dalam pengawasan tuan besar?"