Ray berjalan dengan kaki yang pincang. Dia sudah tak memedulikan luka yang terdapat pada kakinya. Ray semakin terpojok. Belum lagi, bajunya terdapat banyak darah yang berasal dari ibunya. Dia pasti menjadi pusat perhatian banyak orang.
Banyak sekali yang menyaksikan peristiwa tersebut. Namun, mereka hanya bisa melihat tanpa memiliki niatan untuk membantu Ray sama sekali.
Pada waktu Ray tak ada jalan, saat itulah ayah tiri Ray semakin mendekat dan tak ingin memberinya peluang untuk kabur. Pisau semakin mendekat. Ray telah bersiap-siap menunggu ajal menjemputnya.
Siapa mengira pisau yang ingin menancap salah satu organ Ray, mendadak begitu berat. Ayah tiri Ray merasa ada seseorang yang memegang gagang pisau itu dari arah belakang.
Dia pun menoleh ke belakang dan melihat seseorang menonjok wajahnya hingga babak belur. Pisau dilempar cukup jauh. Karena merasa tak memegang senjata dan ada orang lain di sana yang menghalanginya, dia meninggalkan Ray begitu saja.