Jay menatap sekitarnya, berusaha melakukan sesuatu. Dia tak mau terjebak di tempat itu tanpa melakukan suatu perlawanan. Jay mengangkat kursi yang ia duduki, hendak melemparnya ke arah Thea.
Thea tersenyum, sama sekali tak takut. Justru dari setiap sorotan kedua matanya, mengandung unsur yang cukup berbahaya. "Keinginanku sangat sederhana, tetapi kenapa kamu sama sekali tidak ingin memberitahuku?" tanya Thea tanpa mengganti posisi tangannya.
Dia sama sekali tak kelelahan untuk memegang pistol itu. Bukan Jay ingin mengatakannya, ia lebih memilih melarikan diri dari sana. Jay menekan berkali-kali knop pintu. Sayang, pintu tak terbuka.
"Sialan! Apa-apan ini," ujarnya dengan berkata-kata kasar.
"Sampai jebol pun pintunya, kamu tidak akan bisa membuka pintu itu," ucap Thea dengan senyuman sinis.
Jay tak menyerah. Dia masih memiliki cara agar membuka pintu dengan baik. Untung saja ia selalu membawa kawat kemana-mana. Dia tahu fungsi dari sebuah kawat yang selalu ia pegang.