Keenan mengerutkan kening. Dia tak menyangka ada anak kecil di sana. Dia tak bisa membayangkan betapa takutnya anak kecil itu. Akan tetapi, ia malah berpikir yang lain.
"Anak kecil yang terluka? Di mana dia sekarang? Mungkin anak kecil itu adalah salah satu petunjuk kita," ujar Keenan yang berpikir positif.
Dia berpikir mungkin saja anak kecil itu tak sengaja tersesat saat bermain di sekitar sana. Namun, bukankah terlalu kebetulan bila berpikir demikian?
"Sa-saya…. Saya tidak bisa menyelamatkannya, Tuan muda." Thea menangis tersedu-sedu. Wajahnya sembab penuh dengan air mata. Keenan mengerutkan kening, menunggu Thea menjelaskannya.
"Anak kecil itu dipasang bom pada sekujur tubuhnya. Saya tidak punya pilihan lain dengan meninggalkannya di sana sendirian. Untung saja saya dapat melarikan diri tepat waktu. Karena waktu bergerak cepat sekitar beberapa detik saja. Saya langsung panik dan berlari kencang, lalu bom pun meledak," imbuh Thea yang menimbulkan duka cita di hatinya.