Telepon tersambung dan diangkat oleh seseorang yang merupakan suruhan dari Levin. Dia kaya. Pasti setiap orang kaya memiliki seseorang yang bisa diandalkan. "Halo!" ucap seseorang yang ditelepon Levin.
"Aku ingin kamu…"
"Jangan kamu melakukan itu!" teriak Tasya yang membuang ponsel Levin. Ponsel terjatuh dengan cukup keras. Levin menoleh dan tersenyum sendu. "Aku akan mengatakannya siapa dia, tetapi tolong jangan hancurkan kuburan ibuku," pinta Tasya yang merengek-rengek tanpa malu.
Dia memandang Levin. Dia mengira Levin merupakan pria yang baik dan tak pernah berbuat sekejam ini. Jika dia tahu Levin merupakan pria yang sekeji itu, dia tidak akan mungkin mau ditolong Levin waktu itu.
Dia memilih mati dan bersama ibunya di surga. Air matanya menetes lebih deras dari yang tadi. Levin menatapnya sedih. Dia ingin menghapus air mata Tasya, tetapi ia masih sakit hati dengan perkataan gadis itu.