Seperti sebuah bom atom yang meledak di depan Devano, dia terkejut dengan pernyataan Levin. Dia mengira hubungan Levin dan Tasya hanya sekadar pacaran saja.
Kini, ia mulai mengerti alasan Tasya yang terus-menerus menolaknya. Dia sadar karena mengganggu kebahagiaan Tasya bersama Levin. Dunia sudah berubah, termasuk orang-orangnya juga.
Seharusnya, dia tahu dari awal tentang sikap Tasya yang aneh. Dia tersenyum pahit. Dia menutup kedua mata, menenangkan dirinya sejenak. Dia tahu bahwa dirinya bersikap egois yang menyebabkan Tasya tak menyukainya.
"Aku pergi dahulu ya sebentar," kata Devano seraya menepuk pundak Levin. Walau sempat bingung ke mana pria itu pergi, ia cukup lega karena Devano hanya bertemu dengan barista.
"Bisakah aku meminjam kertas dan pena?" tanya Devano kepada salah satu barista. Barista itu menoleh.