Levin mengerutkan kening dan merasa semakin lama ia tak berdaya. "Apa salahku? Kenapa pria selalu salah dan perempuan selalu benar?" tanyanya pada diri sendiri.
Dia mengarahkan tangan kanannya ke depan, ingin menggapai Vanya, tetapi gadis itu terlalu jauh darinya. Levin membiarkan Vanya bertindak sesukanya.
Dia tahu kalau itu konsekuensinya karena telah memilih Vanya sebagai tunangannya. Vanya sesekali melirik Levin. Tatapannya tak mengenakkan. Apa yang dipikirkan Vanya, sehingga gadis itu terlihat kesal pada Levin?
Pandangan Vanya terhadap Levin tak terlalu baik, tetapi juga tak begitu buruk. Pria itu memang bukan pria yang peka atau mengerti bagaimana perasaannya. Dia adalah pria yang pemaksa dan terkesan egois.
Selain itu, Vanya berpikir Levin adalah pria yang suka menggunakan caranya sendiri, misalnya Levin langsung memberikan apartemen, mobil, dan barang-barang branded.