Suara dentingan jam membius telinga siapa pun dalam sekejap. Semakin lama suara itu meramaikan suasana yang sendu. Suara jam telah menjadi salah satu saksi atas berakhirnya percakapan antara Keenan dengan ayahnya.
Kyra masih setia berada di dekat Keenan. Dia menatap pria itu dengan intens. "Kamu akan segera pergi?" tanya Kyra.
"Sepertinya begitu. Mengapa? Apa kamu tidak sanggup melihat kepergianku?" Keenan semakin mendekat. Kecupan lembut terasa pada bibir Kyra.
Dia memukul punggung Keenan cukup keras. "Dih, masih saja mengambil kesempatan dalam kesempitan," sindir Kyra yang melangkah pergi. Dia duduk di sofa. Keenan cengengesan melihat ekspresi wajah Kyra yang malu-malu.
"Tenang. Aku pergi tidak akan lama. Setelah itu, aku akan kembali kemari." Keenan duduk di sebelah Kyra seraya memeluknya hangat.