Keenan tidak menyerah. Dia menatap sekelilingnya meskipun tak memungkinkan ia bisa bergerak lebih lama. "Mengaku saja kali ini kamu kalah," ucap Kyra sambil mencibir.
Anggap saja itu pembalasan dari Kyra karena selama ini Keenan sering mempermainkannya. Namun, Keenan tak merasa dirinya telah kalah. Dia tersenyum miring. "Kamu menganggap dirimu menang, ya? Tidak secepat itu, Kyra," ucap Keenan, segenap rencana telah tersusun dengan rapi.
"Coba saja kalau kamu bisa menang dariku." Kyra memegang pintu yang mengarah ke balkon. Dia sengaja membuat Keenan tak berdaya.
Keenan menarik kaki Kyra sehingga tangan Kyra terlepas dari pintu tersebut. Hampir saja kepalanya terbentur tembok, jika bukan Keenan yang berguling-guling di lantai demi melindungi kepala wanita itu.
Bibir Kyra terasa basah akibat dari kecupan lembut Keenan. Tangan kiri Kyra mengepal sempurna, ada keinginan menonjok wajah atau dagu Keenan, tetapi pria itu malah meraih knop pintu.