Mandha tak memiliki waktu yang banyak. Dia tak ingin sesuatu yang buruk terjadi di antara kedua temannya. Sang ayah dan ibunda tercintanya mengerutkan kening, tak mengerti apa yang terjadi.
"Mandha, kamu baik-baik saja?" tanya ibu Mandha yang dirundung kecemasan.
"Ma, Pa. Maafkan aku, aku tidak punya banyak waktu," ucap Mandha seraya melepaskan selang infusnya. Dia tak peduli pada darah yang menetes karena memaksakan untuk melepaskan selang infus.
"Mandha, kamu mau ke mana?" tanya sang ayah. Dia memegang tangan Mandha, tak ingin putrinya pergi.
"Aku harus pergi. Jika tidak, salah satu di antara mereka akan mati. Aku tidak mau hal itu terjadi, Pa," terang Mandha sembari meneteskan air mata.
Dia memalingkan wajahnya. Dia telah memutuskan hidupnya sendiri. Bahkan, ia memohon pada Tuhan untuk menggantikan nyawanya sendiri daripada melihat salah satu dari dua sahabatnya meninggal.