Situasi cukup memanas dirasakan Devano. Dia melaju dengan kecepatan tinggi seperti pada saat balapan dengan Harrison waktu itu. Ketika lampu merah menyala, ia memukul setir berkali-kali.
Dia masih belum melupakan kejadian tadi. Seharusnya, ia senang, tetapi kenapa ada bagian dari hatinya yang tak disukainya.
Sesungguhnya, bukanlah gaya Devano yang mempermainkan perasaan wanita dengan cara seperti tadi. Dia mengepalkan tangan. Dia memang terlalu lemah kalau berurusan soal perempuan.
"Aku tidak boleh begini. Aku harus kuat. Bagaimanapun juga kebenaran harus ditegakkan dan keadilan tidak boleh tumpul begitu saja," gumam Devano.
Dia berkali-kali meyakinkan dirinya agar hatinya tak terlalu lemah. Tak peduli bila sifatnya harus berubah seperti iblis sekalipun. Dia takkan menyerah.