Dedaunan mengering membisu meninggalkan jejak dan asa yang terpendam. Tak cukup leluasa hanya berjatuhan, pasrah bila angin membawa mereka. Kemanapun angin bergerak, di sanalah mereka berlabuh.
Jejaknya seringkali tak dipedulikan siapa pun, dianggap sepele karena hanyalah benda mati. Dedaunan memang tak punya mata untuk melihat, hidung yang tak mungkin bisa mencium, atau indera lainnya yang tak bisa digunakan.
Dedaunan juga tak berperasa. Walaupun beberapa helai daun berjatuhan mengenai mobil, tak membuat mereka mengucapkan kata maaf.
Kehadiran mereka juga tak dianggap penting oleh pengguna kendaraan. Kyra yang duduk di sebelah Keenan berpuas diri hanya memandang dedaunan yang jatuh serta kendaraan yang melintas.
Terkadang ia iri pada dedaunan itu yang bisa bergerak bebas. Bibirnya tersenyum masam. Dia hanya bisa diam dan memperhatikan jalanan yang dilewati.