Jennifer menelan ludah. Dia sengaja memperlihatkan senyuman yang paling menawan. "Hai, Devano!" ucap Jennifer. Sepasang mata bulatnya tak lelah memandang Devano.
Bukan menjauh karena malu, ia malah semakin mendekat. Seharusnya, dalam hal ini seorang perempuan harus menjaga martabatnya di depan seorang pria, apalagi bila pria itu adalah orang yang dicintainya.
Tidak berlaku bagi Jennifer. Gadis itu tanpa rasa malu bersikap biasa saja seakan-akan tak ada rasa bersalah. "Aku tanya, apa yang kamu lakukan di sini?" ulang Devano. Dia sungguh tak mengerti bagaimana bisa seorang perempuan begitu berani memasuki kamar pria.
"A-aku hanya ingin kemari saja," jawabnya terlihat santai. Dia bergerak semakin mendekat, Devano tersenyum miring melihat aksi nekat Jennifer.
"Kamu sungguh tidak punya rasa malu!" Devano tiba-tiba mendorong Jennifer ke kasur. Mata mereka saling bertemu.