Pagi harinya resmi menjadi hari ke empat bulan madu Jin dan Rea di Bali. Langit masih sedikit gelap karena jam masih menunjukkan pukul setengah enam pagi. Suasana juga masih sunyi walau kadang terdengar suara kicau burung dari luar. Angin semilir menyela dari balik tirai. Hingga tiba-tiba sebuah suara super nyaring memecah keheningan.
"Ooommm…"
Jin yang masih tidur nyenyak mandadak menjadi terganggu, menarik bantal yang sedang dia gunakan dan ditutupnya telinganya sendiri.
"Ih malah tidur lagi. Om bangun om! Temenin Uri renang." Kali ini suara itu disertai goyangan di tubuh Jin tapi tetap saja tak ingin membuatnya terjaga.
Jin masih tak bergeming. Jin tahu siapa yang membangunkannya. "Om masih ngantuk. Kamu renang aja sendiri."
"Ya udah deh aku berenang sendiri aja. Jangan lama-lama tidurnya!" Uri berjalan menuju kolam pribadi yang ada di belakang kamar mereka. Tidak terlalu besar tapi jelas cukup untuk bersenang-senang. Membuka asal pakaian tidurnya semalam. Dengan hanya mengenakan pakaian dalam bewarna merah marun, Uri mulai melangkah ke dalam kolam. Membasahi tubuhnya sendiri berbalut udara yang masih cukup dingin dan matahari yang baru saja muncul di permukaan. Cukup lama dirinya berenang juga menikmati pemandangan hingga perutnya mulai terasa lapar. "Ah, sarapan di kolam seru nih." Batin Uri.
Uri berteriak mencoba membuat Jin bangun. "Om, bangun om. Udah mulai siang nih!"
Jin masih acuh. "Astaga om kebo banget siiih. Bangun om pesenin Uri makanan!"
Jin masih tak bergerak dan memaksa Uri naik dengan langkah kaki yang cukup kuat dan masuk ke kamar dengan tubuh yang masih basah kuyup. Membuat air membasahi ruangan. Dia menyingkirkan paksa bantal yang Jin pakai dan mencipratkan air yang masih berada di tangannya ke wajah.
"Hm rasain nih. Basah basah dah lu." Uri bicara lagi sambil mengusap rambutnya yang basah ke wajah Jin.
Jin yang akhirnya merasa terganggu juga dengan air di wajahnya terpaksa merespon juga. "Hmh, apaan sih Ri?"
"Iya om sendiri sulit banget sih bangunnya. Bangun gak? Kalo egak aku ambilin lagi air kolam seember!" Ancam Uri.
"Astaga nih cewek satu ya. Iya iya bangun om. Jin langsung duduk dan mencoba membuka matanya dengan lebih lebar." Mata Jin tentu saja terpaku pada tubuh Uri yang hanya mengenakan pakaian dalam dan basah kuyup.
"Kamu nih kok bisa-bisanya renang cuman begitu nanti kalo ada yang liat gimana?" Jin nampak terganggu.
"Ya gak bakal om cuman om aja disini." Uri mengelak.
"Ya justru itu Ri." Jin geleng-geleng kepala.
Jin yang masih fokus mengagumi tubuh Uri tapi perhatiannya teralih pada lantai kamar yang basah juga.
"Astaga Ri. Ayo balik balik sana ke kolam. Siapa yang mau beresin nih kamar." Jin mendorong lembut pundak Uri hingga keluar ruangan.
"Ya salah om sendiri sulit banget bangunnya. Udah dibangunin dari tadi juga." Uri kesal tapi masuk lagi ke dalam kolam.
"Ya ya udah om yang salah, apapun kejadiannya emang om yang salah." Jin meletakkan kedua tangannya di pinggangnya menatap Uri dengan tatapan kesal.
"Pesenin makanan ya om." Uri masih meminta.
"Iya iya aku pesenin bentar." Jin masuk lagi ke dalam kamar dan menelpon restoran sedangkan kakinya berusaha mengeringkan lantai dengan keset di kamar mandi.
Setelah mengatasi paginya yang sudah bergejolak, Jin membuat sendiri kopi hitam, minuman wajibnya setiap pagi. Keluar dan duduk di sebuah kursi santai di samping kolam renang. Mau tidak mau matanya kembali menatap tubuh Uri yang tentu adalah tubuh istrinya itu di dalam kolam renang.
"Untung saja gua cukup sadar diri kalau itu Uri. Coba kalo egak, aku pasti juga sudah masuk ke kolam renang dan ah,,," Jin membayangkan yang iya-iya.
"Jangan lama-lama renangnya. Habis ini makanannya dateng." Jin mengingatkan. Meredekan pikiran kotornya sendiri.
"Santai aja lah om. Om gak pengen renang juga?" Uri masih asik berenang.
"Egak! Siapa yang bukain pintu nanti kalo aku berenang juga." Tentu saja itu hanya alasan Jin tapi Uri tidak menghiraukan.
Tak lama bel berbunyi dan Jin sigap menerimanya. Tidak mengijinkan sang pelayan masuk Jin segera mengambil alih nampan dan menutup pintu daripada tubuh istrinya yang sedang berenang itu terlihat oleh pria asing. Jin membawa nampan berisi dua porsi nasi goreng itu ke samping kolam renang. Menyodorkan kimono handuk pada Uri.
"Ayo makan mumpung anget." Uri yang menyadari segera keluar dari kolam renang dan menyambar kimono yang Jin tawarkan.
Tanpa aba-aba Uri langsung saja menyantap makanannya lahap.
"Kaya udah lama gak makan aja sih kamu. Pelan-pelan kan bisa Ri." Jin mengingatkan.
"Enak om nasi gorengnya." Uri bicara di sela makannya.
"Paling juga enakan nasi goreng bikinan om." Jin memuji diri sendiri.
"Emang om bisa masak?" Tanya Uri tak yakin.
"Hm, kapan-kapan deh om yang masakin buat kamu ya. Nanti kamu bisa nilai sendiri." Jin cukup yakin dengan kemampuannya.
"Lidah Uri tuh sensitif banget sama makanan enak loh om. Uri juga sangat kritis sama makanan yang Uri santap." Uri setengah mengancam.
"Om gak gentar Ri. Kamu harus cobain nasi goreng buatan om." Jin tersenyum bangga membayangkan.
"Ok we will see." Uri menantang.
"Aku juga mau jalan-jalan loh hari ini om." Serang Uri dengan mulut penuh.
"Habisin dulu kenapa sih makanannya." Jin risih melihat betapa berantakannya Uri makan.
"Uri mau jalan-jalan ke museum tiga dimensi terus foto-foto yang banyak." Jin tidak terkejut karena Uri memang sangat suka dengan hal semacam itu.
"Ya boleh terserah kamu aja." Jawab Jin seadanya.
"Aku juga pengen makan es krim." Uri minta lagi.
"Iya kalo cuman es krim banyak kali di minimarket." Jin menjawab seadanya.
"Ya bukan es krim yang kaya gitu maksud aku! Yang tempatnya bagus terus estetik." Uri melirik tajam.
"Iya udah kemana aja boleh." Jin berkomentar lagi.
"Oh jangan lupa kebun binatang. Aku pengen foto sama mereka yang lucu-lucu, tapi gak mau sama ular!" Uri tampak bersemangat.
"Astaga Uri gak ada capeknya ya kamu? Ya terserah kamu aja deh." Jin hanya bisa pasrah.
"Harusnya om bulan madu lebih lama sama Rea supaya aku juga bisa lebih sering jalan-jalan!" Uri bicara lagi.
"Iya kalau tahu gini om juga pengennya lebih lama bulan madu Ri. Tapi om kan punya tanggung jawab di pabrik." Jawab Jin bijak.
"Pabrik kan gak bakal kemana-mana om. Hihihi." Tawa jahil Uri yang hanya dibalas gelengan kepala Jin.
"Serah lu dah bocah!" Jin sengaja menggodanya.