Jin masih bersama Uri siang hari itu. Memutuskan pergi ke sebuah kedai es krim unik yang tentu saja lagi-lagi instragamable berada di sebuah bukit kecil dengan kebun bunga fantastis di sekitarnya. Jin sedang menyantap es krim mint choco sedangkan Uri dengan es krim vanilla nya.
"Seru ya om tempatnya?" Uri tersenyum gembira.
"Iya bagus. Oh. Hm. Aku mau tanya sesuatu sih sama kamu." Jin ragu.
"Apa itu om?" Tanya Uri.
"Kamu pernah tahu tentang orang yang suka ngirim bunga buat Rea gak?" Tanya Jin iba-tiba.
Uri tidak terkejut juga kalau akhirnya Jin mengetahuinya.
"Om tahu juga akhirnya?" Tanya Uri.
"Eh kamu juga tahu?" Jin tanya balik.
"Ya pasti lah om. Emang om lupa kita punya diari itu? Lagipula aku pernah dapet salah satunya om." Jawab Uri santai.
"Tapi kamu bisa sesantai ini? Rea kayanya udah mulai terganggu deh." Jin bicara lagi.
"Iya wajar lah om. Kan disana emang ditulisnya buat dia. Lain cerita kalo nama aku yang ditulis disana. Hahaha. Canda om." Gadis ini masih sempat-sempatnya bercanda padahal Jin sudah serius mendengarkan.
"Om serius bocah!" Jin sudah hampir emosi.
"Ya ya om maaf elah. Ya bukan gitu sih om. Cuman kan gimana ya. Selama ini pengirim bunga itu juga gak pernah membahayakan Rea secara fisik. Makanya mungkin gak ada yang terlau perhatian juga." Ucap Uri santai.
"Ya mungkin dulu bisa lah Ri begitu. Tapi kan sekarang Rea udah punya suami. Kalo dia orang baik dia pasti akan berhenti kirimin bunga buat Rea. Ini malah dia sengaja kirim ke tempat bulan madu kita loh." Ucap Jin.
"Iya om tinggal cari tahu siapa pengirim bunga itu kan beres." Ucap Uri santai.
"Ya kalo itu aku saya juga paham kali Ri. Maksud aku kamu gak pernah ada kejadian aneh atau ganji gitu gak selama ini?" Tanya Jin penasaran.
Uri terdiam dan beberapa kali menyendok es krim ke dalam bibir mungilnya.
"Ya sebenernya pas aku dapet bunga itu, aku sempet cari tahu sedikit om karena penasaran." Cerita Uri santai.
"Oh ya. apa yang kamu dapet?" Tanya Jin penasaran.
"Mau tahu aja apa mau tahu banget?" Lagi-lagi Uri mendapat tatapan nyalang dari Jin.
"Ih serius banget deh om. Jadi gini, aku udah tahu kalau ternyata bunga itu selalu di pesan di toko bunga langganan kantor yang jaraknya emang paling deket dari sana." Uri bicara.
"Jadi?" Tanya Jin.
"Ih astaga om ini CEO pabrik tapi bego banget sih." Uri mengejeknya.
"Iya om lagi gak pengen mikir aja bocah. Udah pusing kepala om." Jawaban Jin yang membuat Uri nampak sinis.
"Iya bearti yang ngirim bunga itu orang yang dekat di daerah situ kan. Bisa jadi juga salah satu karyawan papih. Karena pastinya dia pernah ketemu Rea da nom kan juga tahu Rea jarang bersosialisasi." Uri gantian nampak emosi.
"Kamu hebat Ri. Tapi kenapa kamu diem aja selama ini Ri?" Jin dibuat gemas juga oleh Uri.
"Iya gak ada yang tanya juga jadi ya udah sih." Jawab Uri santai.
"Astaga bocil. Kamu nih bener-bener ya." Jin tak bisa sepenuhnya menyalahkan Uri tapi yang jelas dia jadi bisa mempersempit pencariannya.
"Tapi, bisa jadi juga orang tu sebenernya sukanya sama kamu atau Gia. Tapi ya karena sosok yang memang terdaftar ada itu Rea, jadi selalu nama Rea yang dituis disana." Jin mencoba berteori.
"Ya sebuah kemungkinan juga sih om. Kalo aku sih terhura lah ya punya pengagum rahasia. Unch so sweet." Uri terkekeh geli.
"Sweet sweet apaan? Pangsweet?" Tanya Jin menoyor kepala Uri.
"Apa bener salah satu karyawan kantor yang ngelakuin? Tapi siapa?" Jin begitu penasaran.
Rencananya untuk menyelidik memang masih terhalang saat ini karena bulan madu. Jadi dia belum bisa bicara dengan Suga apalagi Juki yang memang ingin dia temui. Bersyukur ternyata Uri sudah sedikit membantu dengan informasi yang dia dapat sendiri.
"Karena kamu udah baik hari ini kasih aku info berharga. Kamu boleh beli es krim lagi." Ucap Jin tersenyum ramah.
"Beneran boleh om? Asiiiik." Pekik Uri kegirangan.
Jin tidak mau merusak acara jalan-jalannya bersama Uri jadi dia memutuskan untuk fokus lagi di sana. Uri lagi mengajaknya berfoto ria di tengah hamparan bunga. Pose foto mereka memang lebih cocok dikatakan sebagai kakak adik saja. Tersenyum jahil, memasang muka usil, saling menggoda satu sama lain di depan kamera. Seru dan sedikit ajaib. Itu kesan Jin bersama Uri hari ini, pribadi lain istrinya.
"Masih mau kemana lagi hari ini?" Tanya Jin.
"Aku masih pengen shopping aksesoris om." Uri memang begitu suka dengan aksesoris lucu seperti kalung, gelang, dan anting. Untung saja bukan emas karena kalo iya orang lain pasti akan menganggapnya toko emas berjalan. Sekarang saja dia tampak seperti pohon berbalut lampu hias yang sedang berjalan, tentu saja dengan cara yang positif.
"Aku suka om aksesoris kaya gini. Beginian ini kan pasti produksi umkm lokal om. Dengan aku beli satu atau dua produk mereka itu aku ngerasa udah dukung para pengusaha untuk sedikit melangkah maju. Apalagi kalo aku posting fotonya di ig, orang pasti akan tertarik juga untuk beli." Jawab Uri santai.
"Emang kamu endorse aksesoris-aksesoris gini?" Tanya Jin yang sedikit tak percaya.
"Ya gak juga sih om karena aku ngelakuinnya ikhlas bukan buat bisnis. Emang niat bantu. Cuman makin kesini makin ngawur banyak banget yang DM minta endorse dan aku kewalahan. Jadi sementara aku off dulu di ig." Jelas Uri panjang lebar.
"Emang kamu ada ig aktif?" Tanya Jin masih sangsi.
"Loh gimana sih om." Uri mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan laman instagramnya dengan pengikut lebih dari dua ratus lima puluh ribu orang.
"Wah. Kamu seterkenal itu?" Tanya Jin meragu.
"Ih iya dong om. Lumayan banyak kan." Jin jadi mengingat sesuatu.
"Gimana kalo pengirim bunga itu sebenernya pengen kirim bunga itu untuk kamu?" Tanyanya tiba-tiba.
"Ih om Rea mulu yang dipikirin." Uri sedikit merajuk.
"Iya bisa jadi sih om. Cuman aku pake nama aku kok di ig itu dan aku gak pernah posting hal yang personal tentang aku. Paling ya cuman ootd aja sama ya foto pas jalan kaya gini. Sedangkan di bunga itu kan nama Rea yang ditulis." Uri membela diri.
"Iya juga sih. Tapi mungkin aja ada yang mikir Uri tuh lebih kaya nama famous aja gitu nama panggung. Mungkin ada salah satu followers kamu yang bertindak lebih jauh dan coba cari tahu tentang kamu lebih dalam dan tahu tentang Rea." Jin berspekulasi.
"Ya kaya yang aku ilang tadi sih om. Sebuah kemungkinan." Uri menutup pembicaraan.