Bab 130.
Hanya empat orang saja teman yang mengirimkan donasi, jauh dari harapan.
Hasil donasi itu aku infakkan ke Masjid. Mereka para admin malu untuk bergerak mengumpulkan donasi. Sementara selama ini, aku sebagai ketua tanpa malu-malu memberi kabar ke semua anggota grup, kalau ada teman yang sedang tertimpa musibah. Mulai saat itulah aku menarik diri dari mereka.
Bener sekali kata pepatah, "teman untuk tertawa itu banyak, tapi teman untuk menangis itu sulit untuk di cari." Hanya keluargalah satu-satunya tempat curhat yang paling aman. Tanpa pernah membuka aib ke siapapun. Lamunan ini buyar ketika Sinta menepuk bahuku.
"Yuk, kita pergi Bu, kami sudah cantik, nih!" ucap kedua anak gadisku.
"Yuk, Ibu ambil tas dulu, terus jangan lupa pakai masker!" ingatku.
"Raka ... jaga rumah ya, Nak! Entar pulangnya, Ibu belikan KFC buat kamu!"
