Bab 97.
Selepas Magrib kami tak langsung ke rumah Kak Eli, karena Bang Ben ingin istirahat sejenak. Ia merebahkan tubuh di sisi ranjang sambil menggeliat, tak lama ia pun terlelap. Aku duduk di pinggir ranjang sambil meraih hape di dalam tas. Begitu hape di nyalakan, ada pesan masuk dari ... hmm, si innocent itu lagi. Ia menanyakan sedang apa? Hanya ku baca saja, tak membalasnya. Nanti payah urusannya, di balas chatnya, entar Bang Ben terbangun karena mendengar getar hapeku.
Aku ikut juga rebahan, tapi di bawah dekat dengan kipas angin. Tak di sengaja aku pun tertidur, entah sudah berapa kali tubuhku di guncang oleh Nina. Akhirnya terbuka juga mata ini.
"Bu ... katanya mau nginap di rumah Uwak, kok malah tidur?" tanya Nina.
"Eh-oh, iya," jawabku kaget.
"Ayah ... bangun!" Nina beralih ke ayahnya.
"Hmm ... udah jam berapa ini?"
"Jam setengah delapan," sahut Nina.
"Yuk, keluar, Ibu mau membasuh muka!"