Bab 76.
Aku duduk termenung di teras rumah, siang ini Bang Ben tak pergi lagi membuka bengkel. Apalagi baru menerima uang dari Sinta, makin kumat lah malasnya. Aku saja yang capek memikirkan dan mencukupkan biaya dapur, sementara dia tak ambil pusing karena aku tak pernah meributkan lagi uang yang di berikannya setiap hari. Sebenarnya ia tau itu tidak cukup, karena selalu tersedia makanan di lemari, tapi sederhana saja secukup uang yang di berikannya.
Kok jadi teringat Kak Eli ya, iparku itu sudah beberapa bulan ini tak ada kabarnya. Kalau kedua anak gadisnya sering aktif di media sosial, jadi tau kegiatan mereka setiap hari. Aku coba chat Kak Eli saja, siapa tau ia sedang tak sibuk, pikirku.
["Assalamu'alaikum, Kak! Apa kabarnya, sedang sibuk, ya?"] tanyaku.
Sedetik ... dua detik kemudian, chat terlihat centang biru, Kak Eli sudah membaca pesan, sekarang sedang mengetik balasannya.
["Wa'alaikumsalam, Nay! Kabar Kakak sedang kurang baik,"] balasnya.