Bab 62.
Setelah memberitahukan harga modalnya, Bapak tersebut pergi menaiki angkotnya yang terparkir di pinggir jalan. Ia berjanji nanti malam sebelum aku tutup jualan, datang kembali untuk mengambil uang hasil menjual serabi ini. Aku keluarkan serabi plus kuahnya dari dalam plastik lalu menyusunnya ke steling dengan rapi.
Bang Ben yang sedang duduk melamun, datang mendekat, lalu melihat ke isi steling. Ia melihat satu per satu jenis kue yang ku jual. Sepertinya bingung memilih, karena semuanya enak, gurih dan lezat menurutku. Matanya tertuju ke bungkus serabi dan kuahnya, lalu bertanya.
"Nay ... Bapak yang datang tadi beli kue apa, kok lama berbicara dengan kamu?"
"Ia menitipkan ini ... untuk aku jualkan," jawabku sambil menunjuk serabi.
"Oh, pantasan ... aku tak melihat kamu membuat ini di rumah. Lumayan dong tak usah keluar modal, hanya menjualkan saja," imbuhnya.