Bab 152.
Sarapan yang kedua untuk Bang Ben sudah ku letakkan di atas meja tamu. Tapi dia malah gak ada. Dari tadi di panggil kok gak nyahut sih. Sayup terdengar suara orang sedang berbicara di halaman rumah. Aku keluar, berdiri di teras sambil menyapu pandangan ke sekeliling halaman. Ternyata Bang Ben sedang berdiri di pojok halaman yang menyatukan pagar rumahku dengan samping tembok rumah si Silfi. Tapi sedang apa dia di sana, aku mendekat ke tempatnya berdiri.
Aku dengar suara Bang Ben dan si Hendra, suami Silfi tengah berbicara. Mereka seperti membahas sesuatu.
"Ihhh, kamu di cariin ternyata ada di sini," ucapku ke dia.
"Heh, Nay, buat kaget aja! Iya nih, kami sedang membahas lapak jualan di pasar," jelasnya.
"Oh-gitu, lontong sayurnya udah dingin tuh, dari tadi aku letakkan di atas meja, kamunya malah menghilang," jawabku.
"Eeh, iya, ya sudah, aku masuk ke dalam dulu ya, Hen!" pamit Bang Ben ke suami Silfi.
"Iya, Bang," sahutnya.