Bab 105.
Lamunanku buyar, ketika motor yang di kendarai Bang Ben sampai di depan pagar rumah. Aku turun dan membuka gembok lalu Bang Ben pergi lagi untuk menjemput Raka dan Nina. Lumayan juga hari ini, tugasku lebih ringan di banding hari biasanya. Begitu masuk ke ruang tamu, aku lirik benda bulat di dinding rumah, sudah pukul satu siang. Lebih baik aku berwuduk dulu setelah itu tunaikan salat wajib empat rakaat.
Tiiinn ... tiiinn ...
Nah, itu mereka pulang, terdengar suara Nina memanggil namaku. Ia menenteng bungkusan berwarna putih. Hmm ... dari aromanya pastilah camilan orang barat alias hamburger, hee ... hee.
"Tau aja Ayah ini, selera Ibu, ya!" selorohku.
"Ihhh, Ibu ... Nina yang minta sama Ayah, kok!" sungutnya.
"Ayah beli empat porsi, kok! Jadi gak usah merajuk!" Bang Ben duduk di ruang dapur sambil membuka bungkusan hamburger.
"Hmm ... yummiiii," ucap Nina.
"Kalau ngemil aja nomor satu, padahal cita-citamu pengen kurus!" kali ini Raka yang bersuara.