Theodor mendorong Richard hingga tersungkur ke lantai membuat Kaila memekik kaget.
"Theodor ayo kita masuk ke mobil," ajak Kaila menarik tangan Theodor.
Theodor menepis tangan Kaila, lalu menarik kerah baju Richard hingga mata mereka saling berpandangan.
"Apa pun yang berhubungan sama Kaila merupakan urusan gue," bisik Theodor dengan seringai liciknya.
Theodor masuk ke dalam mobil sambil memegangi tangan Kaila.
"Kaila dengerin aku, maafkan aku," mohon Theodor.
Kaila hanya diam saja dan tetap melangkah masuk ke mobil.
"Kamu tega, Kaila," gumam Richard.
Richard yang sudah sangat kesal hendak melangkahkan kaki ke mobilnya meninggalkan Laila yang menangis tersedu-sedu, tapi tiba-tiba dia baru sadar kalau dia lupa taruh mobil di mana.
"Mobilku ke mana?" gumam Richard.
Richard melangkah kembali menuju lobby hotel. Di sana masih ada Laila yang menangis.
"Enggak usah drama. Di mana mobil gue?" kata Richard pada Laila.
"Aku mau minta tolong sama kamu untuk antar aku pulang," pinta Laila.
Richard yang tidak tega dengan Laila mengiyakan permintaannya.
"Oke aku antar kamu ke mobil," kata Laila menghapus air matanya.
Laila berjalan menuju mobil Richard berada diikuti Richard dari belakang. Saat sudah di dalam mobil, Richard mengambil jaketnya.
"Buat lu biar enggak kedinginan gara-gara baju lu basah," kata Richard memasangkan jaket ke tubuh Laila.
"Thank you, Richard. So sweet banget sih," balas Laila.
"Ini cuma demi kemanuasiaan jadi jangan berharap lebih," kata Richard.
Richard menancapkan gas mobil. Perlahan mobil itu mulai meninggalkan parkiran hotel. Sepanjang di perjalanan, Richard sangat malas ketika mendengar celotehan Laila yang membuat telinganya terasa sakit.
"Cukup, Laila," tegur Richard.
"Richard, aku ini semalam nolongin kamu loh terus kamu udah nyentuh aku," kata Laila.
"Aku tidak merasa melakukannya. Kamu sepertinya sangat tergila-gila sama aku, Laila," balas Richard dengan senyum mengejek.
"Aku emang tergila-gila sama kamu, Richard. Kamu ini enggak peka banget sih," ejek Laila.
"Enggak tahu, sekarang lu tunjukin alamat rumah lu. Gue malas berpura-pura baik sama lu," kata Richard.
"Antar ke apartemen gue aja. Dekat kok dari sini," balas Laila.
"Oh lu tinggal di apartemen sama keluarga lu?" tanya Richard.
"Ya enggaklah, sendirian gue di sana. Kalau kangen, mampir aja," jawab Laila.
"Bodoh amat. Enggak akan gue mampir ke apartemen lu," balas Richard.
Laila mencebikkan bibirnya. "Susah banget sih dapetin kamu, Richard. Lihat saja, sebentar lagi akan aku buat kamu tunduk pada aku apalagi aku ada kerjasama dengan orang penting," gumam Laila tersenyum kecil dan tidak terlihat.
***
Theodor yang sudah sampai di apartemen bersama Kaila menatap Kaila yang masih termenung.
"Kamu mungkin sekarang sakit hati karena Richard sekaligus marah gara-gara aku bukan bawa ke rumahmu, tapi ke rumahku. Aku terpaksa melakukan ini, Kaila. Aku tidak mau kamu pulang dalam keadaan kacau dan memikirkan pria lain," gumam Theodor.
Kaila yang tidak ingin kesedihan terus melanda diri dia menyalakan televisi. Dia menonton kartun busa berwarna kuning dan memiliki lubang-lubang di tubuhnya. Film itu berputar menampilkan adegan lucu, tapi tidak ada tawa terdengar dari Kaila.
Theodor membelai lembut rambut Kaila. "ku buatkan kamu ya minuman cokelat biar hati kamu enakkan," tawar Theodor.
"Hmm," deham Kaila.
Theodor melangkahkan kaki menuju dapur. Dia mulai membuatkan minuman coklat untuk Kaila dan dirinya, tak lupa dia menyiapkan biskuit yang selalu dia stok di apartemen.
"Semoga dengan ini Kaila dapat kembali tersenyum," gumam Theodor.
Theodor membawa satu toples biskuit dan minuman coklat.
"Minumlah minuman ini sebelum dingin," kata Theodor.
Kaila mengambil minuman coklat itu lalu meminumnya dengan cepat.
"Pelan-pelan minumnya, Kaila. Ini di meja ada botol air putih juga kalau haus minum air putihnya ya. Aku ganti baju dulu, baju ini panas," kata Theodor.
"Oke," balas Kaila singkat.
Kaila melihat Theodor sudah pergi mencari keberadaan ponselnya, tapi tidak ketemu.
"Astaga, aku lupa kalau handphoneku kan sudah dihancurkan Theo," kata Kaila.
"Richard, kenapa kamu menghianati aku begini? Aku pikir kamu benaran suka sama aku. Saat ini kadindat terbaik untuk orang tuaku ya Theodor. Arghh! Aku bisa gila dikekang oleh Theodor," gumam Kaila.
kaila memakan biskuit yang disediakan dengan pikiran berkecamuk.
Cklek
Pintu kamar terbuka menampilkan Theodor yang sudah berganti pakaian. Dia melihat Kaila memakan biskuit sambil fokus menonton mendekati Kaila.
"Nyomot-nyomot aja kamu, enggak izin pula " tegur Kaila ketika Theodor mengambil biskuit yang ada di tangannya.
"Itu biskuit aku loh, kok aku yang harus izin sih," balas Theodor dengan mata puppy eyesnya.
"Sok imut deh kamu," ejek Kaila menoel pipi Theodor.
Theodor terkekeh geli melihat Kaila yang sudah dalam mode happy saat ini.
"Kalau aku enggak nyomot dan harus izin aku mau biskuitnya aku makan dari sini," kata Theodor menyentuh bibir Kaila lembut dengan jarinya.
Kaila menggigit bibirnya saat melihat mata Theodor dan mendengar suara Theodor yang begitu menggoda hati dia.
"Kaila," panggil Theodor.
Kaila menaruh biskuit yang ada di tangannya membuat Theodor tersenyum miring dan mengarahkan bibirnya ke Kaila.
Krak
Theodor menggigit biskuit yang ada di mulut Kaila sedikit demi sedikit membuat Kaila terus menatap ke mata dia. Ketampanan theodor memang tidak tertandingi oleh siapa pun hingga bisa membuat perempuan mana pun bertekuk lutut padanya.
"Kamu hanya milikku, Kaila Davina Abraham," gumam Theodor.
Theodor membelai lembut pipi Kaila, memegang pipi itu hingga biskuit yang dia gigit tinggal dikit lagi dan menyebabkan bibir mereka saling menempel. Dia melahap bibir Kaila yang sudah menjadi candunya.
Kaila mengalungkan tangan dia ke leher Theodor hingga mata mereka saling beradu pandang. Lidah dia dan rongga mulutnya dimainkan Theodor.
"Bibirmu sangat manis seperti biasa," bisik Theodor dengan suara serak nan seksi.
The Door melepaskan tautan bibir mereka. Dia mulai mengecup leher Kaila membuat Kaila mencengkram baju kaos yang dikenakannya.
Ctak ctak
Theodor membuka kancing kemeja yang dipakai Kaila.
"Jangan," kata Kaila menahan tangan Theodor.
"Sayang, Aku tidak akan lebih dari ini. Tenang saja," balas Theodor menyingkirkan tangan Kaila yang menahannya.
"Tapi—"
Kata Kaila terpotong jari Theodor menyentuh bibirnya.
"Diam, Sayang. Ini sangat indah, ini hanya milikku dan cuma aku yang bisa menyentuhnya. Ingat, jangan sampai ada pria lain yang menyentuh ini atau aku pastikan tangan pria itu akan terpotong dan kalau kamu tentu saja aku akan memberikan hukuman yang lebih nikmat bahkan kamu tidak perlu ke mana-mana seharian. Hanya melayani kekasih kamu ini," kata Theodor. terkekeh sendiri.
Theodor mengecup bukit kembar Kaila, membelai lembut di sana. Walaupun masih terbungkus dia bisa merasakan tubuh Kaila yang menegang saat disentuh seperti itu.
"Aku tahu ini pertama kalinya untukmu. Aku akan buat kamu candu terhadapku, sama seperti aku yang selalu menginginkan kamu," gumam Theodor.