Kaila menutup dressnya setelah melihat bekas yang ditorehkan oleh Theodor. Kaila yang sudah selesai memoles make up tipis mengecek ponselnya. Dia mengirim pesan ke mamanya untuk memberitah bahwa dia sedang bersama Theodor.
Ting
Ada pesan dari Rebecca masuk. "Nak, Mama khawatir sekali sama kamu. Kamu baik-baik saja ya, Mama lagi marah sama papa kamu gara-gara membuat kamu harus dibawa sama Theodor. Dia menyakiti kamu, Nak?" tanya Rebecca di pesan itu panjang lebar.
"Aku harus bicara apa ya sama mamaku? Aku takut mama akan ribet sama semuanya," gumam Kaila.
"Tenang, Ma. Aku baik-baik saja kok," balas Kaila di pesan itu.
Ceklek
Kaila menengok ke arah kamar mandi. Terlihat Theodor yang sudah rapi dengan kemeja santai dan celana panjang sportnya membuat mata Kaila tidak bisa teralihkan
Theodor melihat Kaila yang menatap dia tersenyum kecil.
"Terpesona, hah?" tanya Theodor terkekeh.
"Iihh, kamu geer banget," jawab Kaila.
"Aku enggak geer ya, Kaila. Aku jelas tahu mana yang terpesona padaku atau tidak," balas Theodor dengan senyum miringnya.
"Terserah," kata Kaila.
"Galak amat sih," ejek Theodor.
"Kita jadi pergi enggak nih?" tanya Kaila.
"Jadi, Sayangku," jawab theodor.
"Oke," balas Kaila.
"Sebentar, aku mengirim pesan kepada Noah dulu. Kita akan pergi sekarang," kata Theodor.
"Hmm," deham Kaila.
Theodor merangkul pinggang kaila posesif. Dia tersenyum menatap Kaila yang begitu cantik dengan dress yang dipakai Kaila.
"Kamu benar-benar cantik, Kaila," puji Theodor.
"Aku mah emang cantik sejak lahir," balas Kaila terkekeh.
"Kamu percaya diri sekali," kata Theodor sambil menoel pipi Kaila.
"Iyalah, kamu aja enggak move on dari aku dari kecil loh," balas Kaila terbahak.
"Karena kamu memang cinta pertama aku dan selamanya," kata Theodor.
"Weleh, weleh, cinta pertama toh. Aku enggak tuh," balas Kaila.
"Kaila," kata Theodor dengan nada yang mengancam.
"Loh, cinta itu tidak boleh memaksa, Theodor. Cinta itu harus tulus dari dalam hati," balas Kaila.
"Oh gitu. Kamu pintar bicara sekarang," kata Theodor.
Mereka berdua keluar dari unit apartemen menuju lift. Saat pintu lift sudah terbuka, Theodor memaksa Kaila masuk.
Selama di dalam lift, Kaila dan Theodor tidak melanjutkan pembicaraan yang tadi. saat lift terbuka kembali, mereka keluar bersama dan beberapa pengawal sudah menunggu di bawah.
"Selalu saja bawa pengawalan ketat," gumam Kaila.
Di depan gedung apartemen sudah ada Noah. Noah membisikkan sesuatu ke Theodor membuat Theodor tersenyum.
"Iih, pakai tidak dengar lagi. Ngomong apa apa sih mereka berdua," gumam Kaila.
Theodor mengambil kunci mobil lalu membukakan pintu mobil untuk Kaila.
"Kamu masuk duluan," kata Theodor.
"Semua sudah oke kan di sana?" tanya Theodor.
"Sudah, Tuan," jawab Noah.
"Bagus," balas Theodor.
Theodor masuk ke dalam mobil. Dia menyalakan mesin mobil lalu mulai melajukannya dengan kecepatan sedang meninggalkan apartemen.
"Theodor, tadi kamu bicara apa sih sama Noah?" tanya Kaila.
"Kenapa, Sayang?" kamu penasaran banget, ya?" tanya Theodor.
"Iya. Bagaimana aku tidak penasaran orang kalian kayak rahasia rahasiaan gitu," jawab Kaila mencebikkan bibirnya.
Theodor terkekeh dan meminta Kaila tunggu saja sampai mereka sudah tiba.
"Kami tega banget sih," kata Kaila.
"Udah, kamu mending tidur aja. Nanti kalau sudah sampai aku kabarin," perintah Theodor.
"Enggak, aku tidak bisa tidur. Mau lihat pemandangan," balas Kaila.
Theodor terkekeh mendengar ucapan Kaila. "Pemandangan kamu itu ada di hadapan kamu, Kaila sayang. Kamu tidak lihat aku seksi kan di mata kamu," kata Theodor.
"Uwek, Barbie mau muntah," balas Kaila dengan nada lebaynya.
"Pakai muntah segala belum juga diapa-apain," kata Theodor membuat mata Kaila melotot.
"Apaan sih kamu. Kamu mau nidurin aku, aku bakal bilang sama orang tuaku!" teriak Kaila.
"Bilang aja, paling kita langsung dinikahkan," kata Theodor dengan senyum manisnya.
"Ogah," balas Kaila membuang wajahnya membuat Theodor menggeleng-gelengkan kepala.
Sepanjang di perjalanan, Theodor tersenyum membayangkan kejutan yang akan membuat dia dan Kaila semakin terikat. Kaila yang mengantuk sudah tertidur.
Beberapa menit kemudian, mereka sudah sampai di tempat yang dituju.
"Kaila bangun," kata Theodor membuka seat beltnya lalu menepuk-nepuk Pipi Kaila lembut.
"Eumm, ngantuk," rengek Kaila.
"Kaila ayo turun atau aku cium nih," kata Theodor membuat Kaila langsung terbangun.
"Kita sudah sampai di mana?" tanya Kaila.
"Makanya turun dulu," jawab Theodor lembut.
"Iya," balas Kaila sambil membuka seatbelt.
Theodor turun dari mobil. Para pengawal pun sudah turun. Dia membukakan pintu mobilnya.
"Silahkan, Sayangku," kata Theodor.
Kaila menggenggam tangan Theodor untuk turun. Dia menatap sekitarnya sangat Indah. Mereka ternyata berada di dekat pantai dan ada sebuah villa besar di sana dan ada seekor kuda putih.
"Itu kuda buat kita naikkin?" tanya Kaila.
"Iya, Sayang. Masa buat orang lain," jawab Theodor.
Kaila langsung berlari ke arah pantai. "Wah, asyik!" teriak Kaila dengan senyum lebarnya,
"Pelan-pelan, Kaila. Nanti kamu jatuh," tegur Theodor.
"Iya aku enggak jatuh. Aku senang vanget," balas Kaila. Dia memang suka sekali dengan pantai.
Kaila menaruh tangan dia di air. Dia melihat Theodor mendekat melemparkan air ke arah Theodor.
"Kaila," kata Theodor.
"Hahaha, kena. Basah-basah tetap seksi kok," kata Kaila sambil berlari.
Mereka berdua saling kejar-kejaran dan melemparkan air tanpa peduli tubuh mereka berdua yang sudah mulai basah. Senyum terus terbit di bibir Kaila saat Theodor dengan semangat mengejarnya.
"Got you," kata Theodor menggendong Kaila.
"Arrghh! Turunin. Aku bilangin mama dan papa nih," kata Kaila heboh.
"Wahh, kalian so sweet sekali kalian," kata Sienna yang tiba-tiba muncul.
Kaila melongok. "Loh, kok ada keluarga kita?" tanya Kaila terkejut.
"Emang kenapa? Enggak boleh keluarga kita ada di sini?" tanya Theodor.
Kaila yang tersadar dengan posisi dia dan Theodor menatap tajam Theodor.
"Turuni, Kaila mau turun," rengek Kaila.
"Kamu itu enggak usah malu-malu kalau mau digendong mah," kata Rebecca.
"Mama apaan sih? parah nih enggak bilang-bilang sama Kaila kalau datang," balas Kaila yang masih di gendongan Theodor.
"Udah, masuk ke dalam sana. Basah tuh bajunya," kata Sienna.
"Kalian berdua ganti baju dulu, sudah disiapkan tuh di dalam," perintah Arga dengan raut wajah datarnya.
Kaila masih mengalungkan tangannya di leher Theodor, raut wajah bingung tercetak jelas di wajah Kaila. Dia melirik Theodor yang tidak berbicara apa pun.
"Kita masuk ke dalam," kata Theodor.
Theodor membawa masuk Kaila ke dalam villa, sedangkan para keluarga menunggu mereka di ruang tamu. Kaila merengut, jantung dia mendadak berdegup kencang.
"Ada apa ini? Kenapa semua berkumpul?" gumam Kaila menatap semua keluarga dia maupun Theodor di sana semua.
"Kaila, kamu mau sampai kapan digendong?" tanya Rebecca membuyarkan lamunan Kaila.