Bab 395
"Mas tahu di mana uang yang Mas sembunyikan? Aku belanjain Mas, aku yang ambil. Aku kecewa selama ini Mas bohong enggak punya uang, ternyata Mas sembunyikan. Suami macam apa dirimu Mas?" Aku meluahkan segala emosi yang mendera hati.
"Sekarang aku tanya, untuk apa uang itu Mas? Untuk apa?!" jeritku bersama pilunya hati.
"It–itu ... sebenarnya itu untuk membeli cincin pernikahan," jawabnya, menunduk.
Aku tertawa layaknya orang bodoh. Tertawa dalam kekecewaan mendalam. Merasa diri benar-benar terlupakan. Tidak mengapa, aku akan pergi dan tidak akan pernah kembali walau dia menangis darah sekalipun.
"Oh." Dada ini masih terasa sesak. Aku mencoba mengondisikannya. Namun, teramat sukar. Sesakit inilah aku.
"Nana, abang mencintai Bibi. Bibi juga mencintai Mas. Intinya kami saling cin–"